top of page
Search
  • izzulllislam

Rebuttal: Atheisme dan Trilemma Epicurus


“Setahu saya Tuhan itu entitas yang Maha Baik dan Pengasih, lalu kenapa Dia menciptakan kejahatan?”


“Kalau kejahatan itu tetap ada, maka pilihannya: “(1) Tuhan tidak Maha Kuasa, (2) Tuhan itu sadis, (3) Tuhan itu TIDAK ADA.”


Sebenarnya, pertanyaan-pertanyaan semacam itu bermuara dari satu argumentasi yang dilontarkan oleh seorang filsuf Yunani bernama Epicurus (w. 270 SM).


1. Apakah Tuhan mau mencegah kejahatan, tapi Dia tidak mampu? Maka Dia tidak Maha Kuasa

2. Apakah Dia mampu menghilangkan kejahatan, tapi Dia tidak mau? Maka Dia kejam

3. Apakah Tuhan mampu dan mau menghilangkan kejahatan? Maka darimana datangnya kejahatan saat ini?

Jika Dia tidak mau dan tidak mampu, maka mengapa memanggilnya dengan sebutan “Tuhan”?


Pengujian akan eksistensi Tuhan tersebut kemudian dikenal dengan istilah Trilemma Epicurus. Di mana Trilemma itu sebenarnya tidak pernah ditemukan di dalam satu pun tulisan Epicurus yang masih eksis saat ini. “Lalu, mengapa dinisbatkan kepada Epicurus?”


Hal ini disebabkan oleh catatan orang-orang yang tak jauh dari masanya, mereka menyertakan Trilemma tersebut dalam tulisan mereka lalu menisbatkannya kepada Epicurus. Salah satunya adalah Lactantius (w. 320 M) dalam bukunya berjudul “De Ira Dei” atau “On The Anger of God”.


Melangkah ke abad 18 M, Trilemma Epicurus dipopulerkan oleh David Hume (w. 1776 M), dalam karyanya, “Dialogues concerning Natural Religion”.

Atheis sering kali menggunakan Trilemma ini untuk membuat Theis jadi kebingungan dan ragu akan keberadaan Tuhan. Seperti yang tertera pada gambar di bawah ini.


Kalau diperhatikan, gambar di atas akan membuat kita berpikir bahwa Tuhan itu jahat. Namun, jika telah mengetahui Trilemma Epicurus, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama dari pesan yang terkandung dalam gambar tersebut bukan sekadar menyatakan Tuhan itu jahat, melainkan sekaligus menafikan eksistensi Tuhan.


Manusia Tidak Meminta untuk Diciptakan (?)


“Saya ga minta untuk diciptakan jadi manusia; apalagi kalau tau bakal masuk neraka hanya karena ga ibadah. Saya tidak mau ibadah! Mending ga diciptain sama sekali.”


Bagi orang yang meyakini kebenaran Al-Qur’an, mudah saja untuk menjawab hal yang demikian. Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki dan ciptaan-Nya tersebut tidak memiliki pilihan.


وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ ۗ مَا كَانَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya. Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan (dengan Dia). (Qs. Al-Qasas/28:68)


“Tetap saja saya tidak terima. Pun alam akhirat tersebut nyata, saya akan menggugat Tuhan. Saya tidak pernah setuju apabila nanti masuk neraka karena tidak menyembah Dia.”


Padahal, manusia sendiri yang telah menyetujui untuk dibebankan amanah: (1) Melaksanakan perintah-Nya, (2) menjauhi larangan-Nya; demikian pula manusia sepakat untuk mendapatkan pahala atas ibadah yang dikerjakannya, dan mendapatkan dosa apabila berbuat kejahatan.


إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh. (Qs. Al-Ahzab/33:72)


Manusia pula yang sepakat akan konsep surga dan neraka. Orang-orang beriman akan masuk surga, sedangkan orang-orang yang mengingkari-Nya akan masuk neraka.


Seorang Atheis pernah mendebat Syekh Ahmed Deedat, yang merupakan guru Dr. Zakir Naik. Atheis tersebut bertanya: “Bagaimana jika kau meninggal dan kau temukan bahwa Akhirat itu adalah sebuah kebohongan,” Dijawab oleh Syekh Ahmed Deedat: “Tidak lebih buruk dari ketika kau meninggal dan melihat bahwa Akhirat itu nyata.”


Faktanya, manusialah yang menerima amanah tersebut dari Tuhan dan tidak akan bisa lepas dari tanggung jawab tersebut. Bukankah sering kali kita menemukan anak kecil yang membenci keluarganya lalu berkata, “Kenapa aku dilahirkan? Kalau tau seperti ini mending aku memiih untuk tidak pernah ada di dunia ini!”


Bagaimana pun anak tersebut merengek untuk tidak pernah dilahirkan, ia tidak akan pernah bisa mengembalikan waktu di mana dari jutaan sperma saingannya, ia berhasil berjuang dan menjadi juara untuk membuahi sel telur.


Sanggahan atas Trilemma Epicurus

“Tuhan mau, tapi tidak mampu menghilangkan kejahatan? Artinya Dia tidak Maha Kuasa”


Tuhan menciptakan segala sesuatu, termasuk kejahatan dan bahkan neraka. Sebagai pencipta, tentu saja Dia mampu menghilangkan kejahatan atau bahkan neraka.


“Apa Dia mampu menghilangkan kejahatan, tapi tidak mau? Tuhan itu Jahat, Dia yang menciptakan kejahatan!”


Kita semua mengetahui bahwa selain menciptakan kejahatan dan neraka, Tuhan juga menciptakan kebaikan dan surga.


Misal dispenser, anggap saja tuas biru adalah kebaikan, dan merah adalah kejahatan. Nah, manusia bebas untuk memilih yang biru atau merah. Pertanyaannya: Apakah pembuat dispenser bisa ngilangin yang merah, jadi biru saja yang tersisa? Ya sangat bisa! Tapi sengaja dibikin kayak gitu. Si pembuatnya mengambil keputusan untuk membuat tuas merah dan biru, dan memberi kehendak bebas kepada sang pemakai.

“Tuhan kok disamain dengan pembuat dispenser? Dia kan yang Maha Kuasa, harusnya dengan segala kehebatan-Nya bisa menciptakan manusia yang tidak akan pernah berbuat kesalahan, yang kerjaannya patuuuhhhh saja."


Secara logika, pembuat dispenser saja bisa semaunya mengadakan tuas biru dan merah dalam produknya, apalagi Tuhan yang ke-Maha Kuasaan-Nya tidak dapat disandingkan dengan apa pun. tentu saja Dia bebas untuk menjadikan manusia bisa memilih (jadi jahat atau baik). Lagipula Tuhan telah menciptakan makhluk yang kerjaannya hanya patuh saja (tidak pernah membangkang), yakni malaikat.


Selain Maha Penyayang, Pengampun dan Maha Kuasa, Tuhan juga Maha Adil.

- Dia Maha Kuasa untuk menciptakan manusia dengan kehendak bebas;

- Dia Maha Adil untuk memberi pahala kepada yang baik dan memberi hukuman kepada yang jahat;

- Dia Maha Pengampun untuk menerima taubat hamba-Nya

“Apabila Tuhan mau dan mampu, maka darimana datangnya kejahatan dan musibah? Jika Dia tiak mampu dan tidak mau, maka mengapa menyebut-Nya dengan sebutan Tuhan?"


Adanya dosa, kejahatan, musibah, dan neraka datangnya dari Tuhan. Status ketuhanan-Nya tidak dipengaruhi oleh adanya hal-hal tersebut. Terserah Tuhan ingin menciptakan apa; mau lakuin apa; mau mengatur ciptaan-Nya seperti apa.


Manusia tinggal beriman, menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, dan berbuat baik kepada sesama makhluk ciptaan-Nya.


Ketika Tuhan menciptakan neraka, bukan berarti Dia menciptakan manusia untuk disiksa. Malahan, surga dan neraka adalah bukti bahwa Tuhan menciptakan kita bukan sekadar untuk main-main. Melainkan Dia ingin dekat kepada hamba-Nya.


أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ

Maka, apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Qs. Al-Mu'minun/23:115)


Justru Atheis yang menuhankan sains dan jurnal ilmiah yang perlu diprihatinkan, mereka terpaku pada yang tampak, sampai membuat Trilemma untuk menyangkal keberadaan Tuhan berdasarkan hal yang mereka alami. Padahal, sesuatu yang paling berharga biasanya selalu lebih tersembunyi.

Wallahu a'lam

175 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page