top of page
Search
  • izzulllislam

Sanggahan atas Tuduhan Trinitarian: Tuhan Umat Islam Keliru Memahami Trinitas (?)



لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ. . .

Sungguh, telah kafir orang yang berkata, “Sesungguhnya Allah itu dialah Al-Masih putra Maryam (Qs. Al-Maidah/5:17)


وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ. . .

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang. Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah (Qs. Al-Maidah/5:116)


لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ. . .

Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga (Qs. Al-Maidah/5:73)


وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ. . .

Janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa (Qs. An-Nisaa’/4:171)

Setelah membaca beberapa ayat di atas, sebagian umat Kristen mungkin ada yang merasa diserang dan sebagiannya lagi tidak sama sekali. Mengapa demikian?


Bagi mereka yang tidak tersinggung dengan ayat-ayat tersebut, (mungkin sambil tertawa) menyatakan bahwa Tuhan umat Islam salah paham terhadap doktrin teologis yang mereka yakini. Khususnya yang ber-mazhab (beraliran) Trinitarian.


Melalui website mereka, Isa dan Islam,⸺perwakilan penganut Trinitas tersebut menggugat Al-Qur’an dengan membuat artikel berjudul “Klaim Al-Qur’an tentang Trinitas yang Membingungkan”, beberapa poin di dalamnya adalah:


1. Qs. Al-Maidah/5:73 memberi kesan bahwa orang Kristen percaya akan adanya tiga Tuhan (triteisme), padahal umat Kristen berpaham trinitas, bukan triteisme;

2. Qs. Al-Maidah/5:116 memberi kesan orang Kristen menyembah Maryam sebagai Tuhan, padahal trinitas terdiri atas Bapa, Anak, dan Roh kudus.


Berdasarkan dua poin di atas, benarkah Tuhan umat Islam salah paham?


Baik kritik Al-Qur’an maupun gugatan Kristen terhadap kitab suci umat Islam, merupakan dua hal yang menarik untuk dibahas,⸺sekaligus mengajarkan kedua belah pihak untuk semakin dewasa dalam menyikapi perbedaan dan menghadapi jidal (debat) lintas agama.


Dalam kesempatan ini, penulis akan memaparkan penjelasan dari ahli tafsir Al-Qur’an mengenai ayat-ayat yang diklaim kaum muslimin telah menyanggah konsep teologis Kristen, khususnya Qs. Al-Maidah/73, 116.


Sehingga melalui penjelasan mufassir tersebut, secara jelas kita dapat menentukan: Siapakah yang disinggung oleh Al-Qur’an, apakah memang umat Kristen atau bukan.


Kaum Nasrani: Nama Lain dari Umat Kristen

Beranggapan bahwa Nasrani bukanlah Kristen berarti meyakini tidak adanya lagi Ahli kitab di masa sekarang.


Sebelum masuk ke bahasan Trinitas, pertama-tama kita perlu sepakat mengenai definisi Nasrani yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Dengan demikian akan lebih mudah untuk mengidentifikasi siapa kaum yang disanggah doktrin ketuhanannya oleh Islam.


Apa jadinya JIKA Nasrani ternyata tidak sama dengan Kristen? Ada pelbagai konsekuensi yang muncul, di antaranya adalah:


1. Berdasarkan Qs. Al-Maidah ayat 73 dan 116, Kristen tidak dianggap sesat. Sebab yang dimaksud sesat oleh Al-Qur’an adalah kaum yang meyakini Triteisme (Tiga Tuhan yang berbeda) dan menyembah Maryam. Sedangkan Kristen menganut Trinitas (Satu Tuhan dalam tiga pribadi) dan tidak menyembah Bunda Maria.


Lebih jauh lagi, berdasarkan klaim Trinitarian, konsep trinitas tetap masuk dalam kategori Esa. Kata Ekhad yang termaktub dalam Injil Markus/12:29 maupun Kitab Ulangan/6:4, memiliki makna kesatuan yang jamak. Sebagaimana kesatuan buku yang terdiri atas sampul, kertas, dan tulisan.


2. Sembelihan orang Kristen tidaklah halal dimakan oleh Muslim, sebab yang disebut Al-Qur’an sebagai ahli kitab dan boleh dikonsumsi hewan sembelihannya adalah Nasrani.


3. Kaum pluraris atau indiferentis tidak dapat lagi menggunakan Qs. Al-Baqarah/2:62 sebagai dalil bahwa seorang yang beragama Kristen pun tetap akan masuk surga selama ia berbuat baik. Sebab yang disebutkan dalam ayat tersebut adalah Nasrani, bukan Kristen.


Jika fokus ke poin 1 dan 2, kita dapat mencium hipokrasi oknum-oknum yang memaksakan akidah Islam untuk menerima Kristen sebagai orang yang beriman serta mengeluarkannya dari kategori Kafir.


(Yakni) tidak lain adalah kaum pluraris. Cara apa pun, termasuk inkonsistensi akan mereka ambil guna mengibuli orang awam akan asas “Semua agama benar”.


Tak jarang mereka menggunakan dalil bahwa Nasrani bukanlah Kristen, namun saat yang bersamaan mereka juga menggunakan ayat Al-Qur’an semisal Surat Al-Baqarah/2:62 untuk melegitimasi keselamatan kaum Kristen. Sedangkan Al-Qur’an hanya menggunakan sebutan Nasrani.


إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالنَّصَارَىٰ وَالصَّابِئِينَ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Qs. Al-Baqarah/2:62)


Perlu digarisbawahi bahwa paham plurarisme/indiferentisme ini adalah MUSUH semua agama. Baik Kristen, Islam, Hindu, dan Buddha meyakini bahwa tuhannya sajalah yang benar.


Satu contoh sederhana: Seorang Kristen sejati pasti akan berpendapat bahwa tidak ada jalan keselamatan kecuali yakin akan pengorbanan Yesus di kayu salib untuk menebus dosa manusia.


Lanjut.


Dalam Perjanjian Lama sendiri, tepatnya di Kisah Para Rasul/24:5, terdapat term “Nasrani” yang disematkan oleh orang-orang Yahudi kepada Yesus dan pengikutnya. Istilah tersebut merupakan penisbatan dari tempat Yesus dibesarkan. “Nazaret”. Inilah yang menjadi alasan Pendeta Esra Soru mengatakan bahwa Nasrani itu sama dengan Kristen.

Sebab, kami telah menemukan bahwa orang ini adalah seorang pengacau, yang menimbulkan kekacauan di antara orang-orang Yahudi seluruh dunia. Dan, ia adalah pemimpin sekte Nasrani (Kisah Para Rasul/24:5)


Ahli kitab masih ada hingga saat ini, merekalah Kristen/Nasrani dan Yahudi. Dengan kata lain, Kristen dan Nasrani adalah sama. Inilah pendapat mayoritas ulama dan yang rajih (kuat). Tak heran jika Abdullah Yusuf Ali, salah satu ahli tafsir Qur’an kontemporer yang kemudian menjadi rujukan di Barat, menggunakan term Kristen dalam terjemahan Al-Qur’an Bahasa Inggrisnya.


Mengenai istilah Kristen dan Nasrani ini in syaa Allah akan dibahas lebih lengkap dalam kesempatan yang lain.


Allah yang Keliru atau Kaum Nasrani yang Salah Paham terhadap Allah (?)

لو اجتمع عشرة من النصارى لافتر قوا على أحد عشرون قولاً. . .

. . .Seandainya ada sepuluh orang Nasrani yang berkumpul, niscaya pendapat mereka berpecah-belah menjadi sebelas pendapat. (Tafsir Ibnu Katsir [ Dar Ibn Hazm], Hal. 565)


Yesus tidak pernah mengaku sebagai Tuhan; putra Maryam tersebut mengajarkan untuk meyakini Allah yang Esa, sebagaimana pengajaran Musa di dalam Torah. Pengikutnyalah di kemudian hari yang berlebihan dalam memuji dan akhirnya mengkultuskannya, hingga ia mendapat predikat Tuhan maupun anak Tuhan.


שְׁמַע יִשְׂרָאֵל יְהוָה אֱלֹהֵינוּ יְהוָה אֶחָד

Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, Tuhan itu ESA (Kitab Ulangan/6:4 dan Injil Markus/12:29)


Kata yang digunakan oleh Musa sebagai representasi Tuhan yang Esa adalah Ekhad. Kaum Yahudi hingga sekarang tidak pernah memaknai Ekhad sebagai kesatuan yang jamak (composite unity) alias tritunggal sebagaimana klaim Trinitarian.


Dikutip dari situs The Yeshiva Institute (TYI), Rabbi Benyamin Abrahamson, seorang Rabbi Orthodox di Yerusalem yang diakui kapasitasnya oleh para Rabbi Orthodox terkemuka di dunia, menyatakan bahwa makna Ekhad dalam Kitab Ulangan/6:4 bukanlah seperti yang mayoritas umat Kristen katakan, melainkan tunggal absolut:


Like arabic, when used with a noun, it can mean a grouping together things under one name. Like “sefer echad” means “one book”, even though it has a cover, table of contents, chapters, ets. However, when used without qualifier, as it is in Deut/6:4, it means “the source of all things.” The one. The Creator all of creation [mungkin maksudnya ‘The creator of all creation’]. There are many other Torah verses that teach that God is also invisible (Yachid)


“United oneness” is strange term. Everything in this world, “one book”, “one cup”, “one house”, “one tree” is one thing that is made up of parts. But this never applies to it’s essence. And when used as “One” without noun, it means the Creator of everything. (sic!)


Kata yang ditebalkan jika diterjemah menjadi, “. . .Sebagaimana disebut dalam Kitab Ulangan/6:4, (ekhad) bermakna “Sumber dari segala sesuatu”; “Yang Satu”; “Pencipta dari segala makhluk. . .”


Di samping itu, sudah menjadi pengetahuan umum bahwa kaum Yahudi berpaham monotheism sebagaimana Islam. Trinitarian jelas tidak termasuk dalam kategori agama monoteis. Yahudi mencela Trinitarian sebab dianggap menghina YHWH dengan mengatakan tuhan mempunyai anak dan roh-Nya bergentayangan.

Ilustrasi Yahudi mencela Trinitarian

Selanjutnya, mari merenungkan sabda Nabi Muhammad ﷺ:


لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ

Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya) [HR. Al-Bukhari, No. 3445]


Dan firman Allah ta’ala:

وَإِنَّ اللَّهَ رَبِّي وَرَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ ۚ هَٰذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

(Isa berkata) Sesungguhnya Allah adalah Tuhanku dan Tuhanmu, maka sembahIah Dia oleh kamu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus (Qs. Maryam/19:36)

Berdasarkan perspektif Al-Qur’an, sudah jelas bahwa Yesus tidak pernah mengajarkan tritunggal, pengikutnyalah yang kemudian tersesat dan silang pendapat mengenai kedudukannya. Yang akhirnya pada tahun 325 M dalam konsili Nikea mereka (baca: Nasrani) menetapkan Yesus sebagai wujud yang setara dengan Tuhan


. فَاخْتَلَفَ الْأَحْزَابُ مِنْ بَيْنِهِمْ ۖ فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ مَشْهَدِ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara MEREKA. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (Qs. Maryam/19:37)

Siapakah yang dimaksud dengan ‘mereka’ dalam ayat itu? Tidak lain adalah kaum Nasrani, sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir:


اختلفت اقوال اهل الكتاب في عيسى بعد بيان امره ووضوح حاله, وانه عبده ورسوله . . .

Yaitu Ahli kitab (yang) berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia (Isa/Yesus) adalah hamba Allah dan rasul-Nya. . .(Tafsir Ibnu Katsir [ Dar Ibn Hazm], Hal. 1187)


Al-Qur’an Tidak Salah Sasaran (1): Trinitas Pada Hakikatnya Mengajarkan bahwa Tuhan Ada Tiga (Triteisme)

Hakikat satu yang murni tidak tersusun atas kumpulan satu-satu-satu. Angka apa yang terdiri dari satu-satu-satu? Yakni tiga! Tidak akan pernah satu.


“Satu adalah tiga dan tiga adalah satu,” Demikianlah paham Trinitarian mengenai wujud Tuhan. Yang mana di dalam satu Tuhan tersebut terdiri atas Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Ketiganya adalah hakiki; ketiganya disifati dengan sifat kesempurnaan.


Ketika ditanya, “Apakah Yesus manusia atau Tuhan?” Trinitarian biasanya menjawab, “Yesus 100% Tuhan dan 100% manusia.” Sembari menjelaskan ayat-ayat yang mengindikasikan bahwa Yesus adalah manusia. Seperti:


1. Yesus bisa lapar sebagaimana manusia;

Keesokan harinya, ketika mereka meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar (Injil Markus/11:12)


2. Yesus memilki rasa takut dan gentar sebagaimana manusia;

Dan ia membawa Petrus, Yakobus, dan Yohanes bersama-Nya, Ia sangat takut dan gentar (Injil Markus/14:33)


3. Yesus berdoa seperti manusia;

Kemudian Ia (Yesus) menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya, lalu Ia berlutut dan berdoa (Injil Lukas/22:41)


Adanya ayat-ayat di atas mengharuskan Trinitarian mengakui bahwa Tuhan Anak memiliki substansi kemanusiaan.


Penyatuan substansi kemanusiaan dan ketuhanan dalam Tuhan Anak memiliki konsekuensi: Yesus memiliki kemampuan terbatas saat ia menjadi manusia dan tidak terbatas saat ia menjadi Tuhan.


Mana buktinya Tuhan Anak memiliki keterbatasan? Buktinya ada di dalam Alkitab sendiri, di mana Yesus menyatakan bahwa ia memiliki keterbatasan pengetahuan. Bertanyalah kepada kawan Kristen Anda, “Apakah Yesus mengetahui kapan datangnya hari kiamat?” Jika teman Anda menjawab Iya, maka ia telah mendustakan kitab sucinya sendiri.


Tetapi hari dan saat itu (hari kiamat) tidak seorang pun yang tahu, malaikat-malaikat di surga tidak, dan Anak pun TIDAK, melainkan hanya Bapa saja (Injil Matius/24:36)


Apabila Tuhan Anak memiliki kemampuan terbatas dan tidak terbatas, maka ia menerima kekurangan dan kelebihan. Jika demikian, Tuhan Anak terbebani oleh ukuran tertentu. Dalam ilmu kalam, segala sesuatu yang terbebani oleh ukuran atau penyifatan tertentu adalah muhdats (baru), dan segala sesuatu yang baru adalah makhluk.


Proses inkarnasi juga membuktikan bahwa Yesus hanyalah makhluk (tidak memiliki sifat keilahian), sebab mengalami perubahan.

Trinitarian meyakini bahwa sejak awal (zaman azali), Tuhan Anak dan Roh Kudus sudah wujud bersama dengan Bapa. Baru kemudian di masa Maryam atau sekitar 2000 tahun yang lalu, Tuhan Bapa berinkarnasi menjadi manusia; berawal dari bayi dan hidup di Bumi hingga berumur 30-an tahun, kemudian mati ---> bangkit dan kembali ke surga dalam wujud manusia sekaligus tuhan.


Alkitab sendiri menyatakan bahwa Tuhan tidak akan mengalami perubahan dan abadi


Setiap pemberian yang baik dan setiap pemberian yang sempurna datang dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang, pada-Nya tidak ada perubahan atau pertukaran bayangan (Yakobus/1:17)


Tafsiran Matthew Henry:


. . .Bapa segala terang, yang pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Seperti kehebatan matahari dengan kodratnya, demikian pula Allah dalam anugerah, pemeiharaan, dan kemuliaan. . .


Dalam tafsirannya, Matthew Henry menyatakan bahwa Tuhan tidak pernah berubah kemuliaannya, Dan yang kita temukan saat ini, Trinitarian meyakini bahwa Tuhan mulia karena telah berinkarnasi menjadi manusia, sebab ingin lebih dekat kepada hamba-Nya.


Pertanyaannya: Manakah kemuliaan yang lebih sempurna; apakah Tuhan Anak di zaman azali atau Tuhan Anak setelah berinkarnasi? Jawabannya tentu saja setelah Dia berinkarnasi, sebab dengan itu Dia lebih dekat kepada hamba-Nya.


Dengan demikian, wujud Tuhan Anak mengalami perubahan; dan kembali ke kaidah ilmu kalam: Segala sesuatu yang berubah adalah makhluk! Bukan Tuhan.


Kesimpulannya, Yesus adalah manusia yang dikultuskan oleh kaum Nasrani sehingga ia diposisikan sejajar dengan Allah. Sampai sini, dapat diketahui bahwa sembahan mereka ada dua: Yakni Allah dan Yesus! Perumusan Roh Kudus sebagai tuhan terjadi belakangan, inilah Tuhan yang ketiga.


Demikianlah yang dimaksud dalam Al-Qur’an:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ. . .

Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga (Qs. Al-Maidah/5:73)


وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ ۚ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ ۚ إِنَّمَا اللَّهُ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ. . .

Janganlah kamu mengatakan, “(Tuhan itu) tiga,” Berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa (Qs. An-Nisaa’/4:171)


Dalam salah satu dokumen tafsir berjudul “Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibn Abbas”, sebuah kitab tafsir yang dinisbatkan kepada sahabat Nabi ﷺ, yakni Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, dijelaskan bahwa yang disinggung dalam ayat Surat Al-Maidah tersebut adalah memang penganut trinitas, (yaitu) mereka yang menganggap Allah, Anak, dan Roh Kudus sebagai Tuhan.


وهي مقالة المرقوسية يقول أب وابن وروح قدس

Yaitu adalah Markusiyyah, (yang menyembah) Tuhan Bapa (Allah), Anak, dan Roh Kudus (Tanwirul Miqbas min Tafsir Ibn Abbas, hal. 129)


Hal ini sekaligus membantah Trinitarian yang berdalih bahwa trinitas dalam bahasa Arab bukanlah ثالث ثلاثة (tsaalitsu tsalatsah), melainkan الثالوث الاحد (ats-Tsaaluts al-Ahad. Sebab pada hakikatnya paham trinitas adalah pengajaran bahwa tuhan itu ada tiga. Oleh karenanya, Allah berfirman: “Janganlah kamu mengatakan: ثَلَاثَةٌ (tiga)” untuk menegaskan bahwa trinitas maupun triteisme adalah sama.


Al-Qur’an Tidak Salah Sasaran (2): Memang Ada Sekte Nasrani yang Menyembah Maryam


وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَٰهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ. . .

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, “Wahai Isa putra Maryam! Engkaukah yang mengatakan kepada orang-orang. Jadikanlah aku dan ibuku sebagai dua tuhan selain Allah (Qs. Al-Maidah/5:116)


Umat Kristen terdiri dari berbagai aliran, ada yang berpaham Trinitarian (mayoritas), yakni yang berpaham “Tiga adalah satu dan satu adalah tiga”; ada juga Unitarian, yang menolak Yesus sebagai Tuhan. Dan ada juga yang mengkultuskan dan menyembah Maryam sebagai bentuk penghormatan kepada theotokos, Ibu dari Tuhan.


Hal ini dijelaskan oleh Syekh Abdullah Yusuf Ali, ketika mengomentari Surat Ali Imran ayat 42. Dalam komentarnya, Yusuf Ali menjelaskan bahwa pengkultusan terhadap Maryam sudah terjadi sebelum masa kenabian Muhammad ﷺ

Penyembahan terhadap Maryam telah menjadi praktik peribadatan di Gereja Katolik Roma, yang dipanggil dengan sebutan, “Mary the Mother of God” (Maryam sang Ibu Tuhan). . .


Sebagai bukti tambahan bahwa memang ada sekte Nasrani yang melakukan pengagungan Maryam secara berlebihan (sampai saat ini), bahkan bisa dibilang sampai ke tahap penyembahan, silakan nonton video di bawah ini.


Dengan demikian, sudah jelas bahwa Al-Qur’an tidak salah sasaran dengan menyatakan bahwa ada sekte Nasrani yang mengkultuskan Maryam.


Wallahu a’alam

568 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page