top of page
Search
  • izzulllislam

"Yaa Ukhta Harun" dan Kesalahpahaman Non-muslim Terhadapnya



يَا أُخْتَ هَارُونَ. . .

“Wahai (Maryam) saudara perempuan Harun. . .” (Qs. Maryam/19:28)


Sekilas tidak ada yang spesial dengan ayat di atas, namun ternyata potongan ayat yang begitu pendek tersebut merupakan sumber keraguan terbesar orang-orang yang murtad (keluar dari Islam), bahkan ada beberapa di antaranya yang merupakan sarjana Islam. Loh kok bisa?


Kita ambil contoh Saifuddin Ibrahim, dulunya ia berprofesi sebagai dosen di Pondok Pesantren Al-Zaytun, Indramayu, yang merupakan salah satu Ponpes terbesar di Indonesia dengan masjid berkapasitas 150.000 jemaah. Akan tetapi pada tahun 2006 ia murtad dan menjadi penginjil.


Nama Pendeta Saifuddin Ibrahim sempat melejit di tanah air ketika ia “tertangkap basah” melakukan Kristenisasi terhadap oknum supir taksi.

Dalam bukunya berjudul “Dialog dengan Saddam Husein”, Saifuddin mengungkapkan beberapa hal yang menjadikannya murtad. Salah satu yang dipermasalahkan olehnya adalah ayat yang berbunyi “Yaa ukhta Harun,” tepatnya dalam Surat Maryam (sebagaimana ditampilkan di awal tulisan). Ia mengomentari ayat tersebut:


Alkitab mengatakan bahwa Ibu Isa Al-Masih adalah Maria yang hidup pada zaman Romawi, tinggal di Betlehem lebih dari 2000 tahun yang lalu. Tapi Al-Qur’an mengatakan bahwa Maryam ibu Isa Al-Masih adalah saudara Harun. [Sedangkan]. . .Harun dan Musa hidup di Mesir pada zaman Fir’aun. . .jarak waktunya dengan Yesus ribuan tahun.


Kalau Al-Qur’an dari Allah, kenapa Allah lupa dengan hal-hal kecil seperti itu? Kalau Al-Qur’an itu firman Allah, kenapa sejarah begitu saja tidak tau? Kalau Al-Qur’an itu dibawa oleh Jibril, kenapa bisa salah?


Singkatnya, gugatan terhadap Islam melalui ayat “Yaa Ukhta Harun” biasanya diajukan dengan pernyataan-pernyataan berikut:


1. “Kitab suci umat Islam ngawur, sebab kalimat dalam Al-Qur’an Surat ke-19 ayat 28, ‘Wahai saudara perempuan Harun. . .’ dengan jelas mengindikasikan bahwa Maryam atau Ibu Isa Al-Masih sezaman dengan Nabi Harun. Yang mana hal tersebut ahistoris (tidak sesuai dengan sejarah), sebab mereka terpaut jarak ±1500 tahun.”

2. “Muhammad terbukti mengarang Al-Qur’an dan menjiplak Taurat. Ia terkecoh dengan nama saudari Musa dan Harun (yakni Miryam [dalam Kitab Keluaran/15:20]) dan mengiranya sebagai Ibu Yesus/Isa. Ini artinya Muhammad adalah nabi palsu; tuhannya juga palsu!”

Maryam (مريم) atau Miryam (מִרְיָם) (?)

Demi kepentingan argumentasi, mereka (non-muslim) harus sepakat terlebih dahulu mengenai perempuan yang dimaksud dalam Qs. Maryam/19:28. Dalam hal ini ada dua pilihan, dan semuanya menggunakan nama yang sama. Yang masyhur (populer) di telinga kaum muslimin adalah Maryam/مريم; atau bisa juga disebut dengan Miryam/מִרְיָם (dalam bahasa Ibrani).


Perlu digarisbawahi bahwa Maryam dan Miryam bisa merujuk ke satu orang yang sama, serta bisa pula merujuk pada dua individu yang berbeda. Semuanya didasarkan pada faktor: (1) Penguasaan bahasa asli kitab suci agama Abrahamik (Arab, Ibrani, Yunani, Aramaik), dan (2) tradisi keagamaan.


Sebagai contoh: Seorang muslim jika mendengar kata Maryam, pasti akan langsung ngeh kalau yang dimaksud adalah Ibunda Yesus. Sedangkan bagi umat Kristen, mereka mungkin akan memikirkan dua individu sekaligus, yakni saudara perempuan Harun dan Bunda Maria.


Untuk memudahkan pembaca dalam memahami persoalan ini, setiap kali disebut Maryam, maka yang dimaksud adalah Ibu Yesus. Sedangkan apabila penulis menyebut Miryam, maka yang dimaksud adalah saudari Harun dan Musa.


וַתִּקַּח מִרְיָם הַנְּבִיאָה אֲחוֹת אַהֲרֹן אֶת־הַתֹּף בְּיָדָהּ וַתֵּצֶאןָ כָל־הַנָּשִׁים אַחֲרֶיהָ בְּתֻפִּים וּבִמְחֹלֹת

“Lalu Miryam, nabiah (nabi perempuan) itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.” (Kitab Keluaran/15:20)


Nah, lalu siapakah perempuan yang dimaksud dalam Qur’an surat ke-19 ayat 28 tersebut: Maryam atau Miryam? Jawabannya sederhana, yakni Maryam. Apa buktinya? Cukup dengan melihat konteks melalui ayat sebelum dan sesudahnya. Di mana sedang dijelaskan mengenai kelahiran Nabi Yesus alaihissalam, yang sudah tentu atau secara otomatis melibatkan Ibunya.

Harun (هارون‎) atau Aaron (אַהֲרֹן) (?)

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى الْعَنَزِيُّ وَاللَّفْظُ لِابْنِ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا ابْنُ إِدْرِيسَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَائِلٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ لَمَّا قَدِمْتُ نَجْرَانَ سَأَلُونِي فَقَالُوا إِنَّكُمْ تَقْرَءُونَ يَا أُخْتَ هَارُونَ وَمُوسَى قَبْلَ عِيسَى بِكَذَا وَكَذَا فَلَمَّا قَدِمْتُ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَلْتُهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ: إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ

Dalam Shahih-nya, Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah hadits dari Mughirah bin Syu’bah, ia (Mughirah) berkata: Ketika aku datang ke Najran, mereka (kaum Kristen Najran) bertanya kepadaku: “Kau membaca, ‘Wahai saudara perempuan Harun (Qs. Maryam/19:28),’ sedangkan Musa hidup (jauh) sebelum Isa. Maka ketika aku datang kepada Rasulullah ﷺ, aku menanyakan hal itu kepada beliau, dan beliau pun menjawab: “Dulu mereka memberi nama dengan nama-nama para Nabi mereka dan orang-orang shalih dari kaum sebelum mereka.” (HR. Muslim 2135)


Berdasarkan klarifikasi Nabi Muhammad ﷺ terhadap kejanggalan ayat “Yaa ukhta Harun”, dapat diketahui bahwa terdapat manusia bernama Harun yang hidup di masa Maryam, sebab kebiasaan Bani Israil pada saat itu adalah mengadopsi nama para nabi dan orang-orang shalih untuk dijadikan sebagai nama anak-anak mereka.


Apabila dikaitkan dengan Surat ke-19 ayat 28, maka status Harun yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah sebagai saudara laki-laki Maryam.


Oleh karenanya, (sekali lagi) untuk memudahkan pembaca dalam memahami persoalan ini, apabila disebut Harun, maka yang dimaksud adalah saudara laki-laki Maryam. Sedangkan apabila penulis menyebut Aaron, maka yang dimaksud adalah nabi dan sekaligus saudara Musa.


Loh mana bukti historis kalau ada saudara Maryam yang bernama Harun? Bukannya dia (Maryam) adalah anak tunggal?”


Mengenai hal ini, pembaca non-muslim harus memahami tradisi pendidikan Islam yang begitu akurat dalam menjaga keautentikan hadits (perkataan, perbuatan, dan taqrir Nabi Muhammad ﷺ). Dikenal dengan istilah “Kritik Hadits”. Sesuai namanya, dalam kurikulum tersebut setiap akademisi dituntut memiliki kemampuan untuk mengkritik hadits; baik dalam jalur transmisinya (isnad), maupun dalam keautentikan teksnya (matan). Sehingga muncullah istilah-istilah dalam penentuan keabsahan sebuah hadits, seperti mutawatir, shahih, dha’if, dsb.


Walaupun begitu, jika pihak non-muslim tetap keukeuh untuk meminta bukti dari sejarawan tentang eksistensi saudara Maryam yang bernama Harun. Atau paling tidak catatan sejarah yang membuktikan bahwa Maryam bukanlah anak tunggal, maka (dengan senang hati) dalam tulisan yang sederhana ini akan dikutip pernyataan Bapa Gereja Kuno, Theodoret of Cyrus (w. 457 M).


“. . .He was told by other to be the Lord’s brother, both because their mothers had the same name and because the family serve one house. . .”


Maksud dari pernyataan Theodoret: Maryam mempunyai saudara perempuan yang namanya sama dengannya. Hal ini dapat diketahui ketika anak saudari Maryam tersebut diberitahu bahwa ia adalah saudara Yesus (the Lord’s brother), sebab Ibu mereka memiliki hubungan kekeluargaan yang sangat dekat (the family serve one house) atau lebih tepatnya saudara kandung, dan kebetulan nama keduanya sama (their mothers had the same name).

Lebih jelasnya di dalam Kitab berjudul “Ancient Christian Commentary on Scripture:New Testament Vol. VIII (Galatians,Ephesians,Philippians)” tersebut disinggung tentang Klopas dan Yusuf. Menurut Alkitab, Maryam Ibu Yesus menikahi Yusuf, dan Klopas menikahi saudara perempuan dari Bunda Yesus yang juga bernama Maryam.


“. . .Dan dekat salib Yesus berdiri ibu-Nya dan saudara ibu-Nya, Maryam, istri Klopas dan Maria Magdalena.” (Injil Yohanes/19:25)


Sederhananya, Islam meyakini Maryam mempunyai saudara laki-laki bernama Harun, sedangkan Kristen meyakini bahwa Bunda Yesus memiliki saudara perempuan yang namanya sama dengannya, yakni Maryam.

Walaupun keduanya berbeda perihal nama saudara kandung Mayam, tetap ada persamaan yang bisa diambil dari Islam maupun Kristen, yakni fakta bahwa Maryam bukanlah anak tunggal; kedua agama sama-sama sepakat bahwa Maryam mempunyai saudara kandung.


Persamaan tersebutlah yang mesti diutamakan daripada memperdebatkan perbedaan antara kedua agama. Hal ini selaras dengan firman Allah ta'ala:


قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ. . .

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu. . .” (Qs. Ali Imran/3:64)


Jika kaum Kristen tetap beranggapan bahwa nama saudara kandung Ibunda Yesus adalah (juga) Maryam, maka silakan. Demikian pula kaum muslimin berhak untuk meyakini bahwa nama saudara kandung Maryam adalah Harun, berdasarkan Hadits Nabi ﷺ yang telah disebutkan tadi.


Dengan demikian, sekali lagi ditegaskan bahwa laki-laki yang dimaksud dalam ayat “Yaa ukhta Harun”, Surat ke-19 ayat 28 adalah Harun saudara kandung Maryam yang hidup sezaman dengannya, BUKAN Aaron di zaman Musa!


Kebenaran Hadits Nabi ﷺ mengenai Kebiasaan Bani Israil


Pertanyaan yang mungkin diajukan oleh non-muslim adalah tentang kebenaran Hadist Nabi Muhammad ﷺ mengenai tradisi Bani Israil.


. . .إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَمُّونَ بِأَنْبِيَائِهِمْ وَالصَّالِحِينَ قَبْلَهُمْ. . .

“. . .Dulu mereka memberi nama dengan nama-nama para Nabi mereka dan orang-orang shalih dari kaum sebelum mereka.” (HR. Muslim 2135)


“Benarkah Bani Israil memiliki kebiasaan seperti itu?” Jawabannya ada di dalam Bible mereka sendiri.


“(Wahai Maryam), dan ketahuilah bahwa Elisabeth, sanak saudaramu itu, sedang mengandung juga pada usia tuanya. Ia yang dahulu disebut mandul, sekarang sudah hamil selama enam bulan.” (Injil Lukas/1:36)


Fokus dengan kata yang ditebalkan pada ayat Perjanjian Baru di atas, dan bandingkan dengan ayat Perjanjian Lama berikut:


“Aaron memperistri Eliseba, anak perempuan Aminadab, saudara Nahason. Dia melahirkan Nadab dan Abihu, Eleazar dan Itamar.” (Kitab Keluaran/6:23)


Poin Analisis:


1. Dalam Kitab Keluaran/6:23 disebutkan tentang Eliseba (nama Yunani), atau bisa juga dipanggil Elisabeth (nama Ibrani) yang merupakan istri Aaron, saudara nabi Musa.

2. Lihat Injil Lukas/1:36, di sana disebutkan bahwa Elisabeth adalah sanak saudara Maryam Ibunda Yesus.


Dari dua poin di atas, apabila muslim mau menyalahkan Kitab Kristen secara gegabah layaknya orang-orang Kristen menggugat ayat “Yaa ukhta Harun”, maka sangat bisa dilakukan.


Di Injil Lukas dijelaskan bahwa Elisabeth adalah sanak saudara Ibu Yesus, sedangkan di Kitab Keluaran disebutkan bahwa Elisabeth hidup di zaman Nabi Musa dan Aaron. Bukankah ini kekeliruan Alkitab akan sejarah? Sebab Maryam Ibunda Yesus dan Aaron hidup di zaman yang berbeda, dengan rentang jarak waktu ±1500 tahun.


Jawabannya: Tentu saja tidak! Memang sudah kebiasaan orang-orang Israil pada saat itu untuk menamakan atau memanggil anak mereka dengan nama para Nabi dan orang-orang shalih terdahulu. Dengan demikian, perempuan yang dimaksud dalam Injil Lukas/1:36 adalah Elisabeth yang hidup di zaman Maryam Ibunda Yesus, bukan Eliseba di zaman Aaron.


Hal ini tentu berlaku pula pada ayat “Yaa ukhta Harun” di dalam Al-Qur’an! Sesungguhnya hanya mereka yang kurang referensi dan gegabah saja yang menuduh Al-Qur’an salah/ahistoris sebab menemukan ayat yang berbunyi, “. . .Wahai (Mayam) saudara perempuan Harun. . .” (Qs. Maryam/19:28)


Maryam adalah Keturunan Nabi Aaron (Saudara Musa)

Salah satu alasan Al-Qur’an menggunakan kalimat, “Wahai (Maryam) saudara perempuan Harun. . .” atau “Yaa ukhta Harun” adalah untuk memberi informasi kepada pembacanya bahwa Maryam Ibunda Yesus adalah keturunan Nabi Aaron. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir.

“Maka, bagaimana ini bisa terjadi? Ali bin Abi Thalhah dan as-Suddi berkata: “Dikatakan kepadanya, ‘يَا أُخْتَ هَارُونَ,’ (yang artinya) ‘Wahai saudara perempuan Harun,’ yakni saudara Musa. Karena Maryam berasal dari keturunan Harun. Sebagaimana orang-orang Keturunan Tamimi dipanggil dengan ‘Hai saudara Tamim,’ dan orang-orang Mudharri dengan panggilan, ‘Hai saudara Mudharr.’“


Dari penjelasan yang dikutip oleh Ibnu Katsir tersebut, dapat diketahui bahwa dalam tradisi Bahasa Arab, kata saudara (ukhtun atau akhun) juga bisa berarti keturunan.


Demikian pula dijelaskan dalam Tafsir Abdullah Yusuf Ali.

Aaron, saudara laki-laki Musa, adalah pemimpin/petinggi pendeta Israel. Maryam dan sepupunya, Elisabeth (ibu Yahya) berasal dari keluarga imam. Karena itulah (dalam Al-Qur’an) disebut "Saudara perempuan Harun.”. . .Maryam diingatkan akan garis keturunannya (nasab) yang mulia. . . .


Dengan demikian, ayat “Yaa Ukhta Harun” ditujukan untuk memuliakan Maryam dengan menyebut nasab-nya yang istimewa sebagai bantahan atas orang-orang Yahudi yang mencelanya sebagai perempuan yang hina.


Tidaklah bertentangan pendapat yang menyatakan bahwa maksud ayat “Yaa ukhta Harun” adalah: (1) Maryam Ibunda Yesus mempunyai saudara kandung bernama Harun, atau (2) Menunjukkan nasab mulia Maryam yang merupakan keturunan Nabi Aaron. Malahan kedua poin tersebut bisa saling bersinergi untuk membantah tuduhan non-muslim terhadap Al-Qur’an.


Wallahu a’lam

173 views0 comments

Comments


Post: Blog2_Post
bottom of page